Setelah menulis blog ini selama 2 tahun.. jadi pengen update status...
Umur : Tahun ini 32 (ga nyangka kok dah mulai tua)
Menikah 3 : tahun 8 bulan (nggak kerasa juga sudah hampir 4 tahun)
Starting the journey : 3 years and 3 months ago..
Sudah pernah menjalani :
USG : berkali2
Cek hormon : 3-4 kali seinggatku
Cek sperma : ini sih hubby, bbrp kali
HSG : 1 kali (semoga tidak perlu diulangi..)
Inseminasi : 3x (dengan 3 macam obat perangsang telur yang berbeda)
Laparoskopi : tahun ini mungkin
Bayi tabung : belum dulu ah...
Sejak Inseminasi terakhir (Feb 2009), taking a break (alias ga ke dokter)
oya menjawab pertanyaan2...
Biaya insem di dr Aucky (harga tahun lalu) : 1.2 juta
Obat2an yang bersamaan dg proses inseminasi (bila perlu) : puluhan ribu - bbrp juta
Jurnal perjalanan memiliki anak, dari pemeriksaan medis hingga perasaan-perasaan selama perjalanan
Tampilkan postingan dengan label laparoscopy. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label laparoscopy. Tampilkan semua postingan
Rabu, 07 April 2010
Selasa, 28 April 2009
last option
Semalam aku konsultasi lagi ke Aucky..
Setelah sebelumnya sempat berbicara ttg laparoskopi, kemarin dia menyarankan untuk laparoskopi (LO) untuk melihat lebih baik kondisi rahim, sel telur, dan salurannya. Kemudian kami diminta menunggu lagi untuk bertemu dg dr. Widi (salah satu team dokternya), beliau ini dokter kandungan. Baguslah, karena memang aku pengen bisa tanya2 banyak sebelum mengambil keputusan ini.
Hasil pembicaraan dengan dr. Widi :
Awalnya dia menjelaskan prosedur laparoskopi, dan kemudia mulai membahas kondisiku. Dari data yang ada, kondisi rahimku tidak ada kista/myom, hanya ada keluhan sakit waktu mens. Hasil HSG juga tidak menunjukkan tidak ada buntu di saluran tuba.
Jadi dari situ dia tidak melihat urgensi untuk melakukan LO, dan menawarkan pilihan yang lain, yaitu Bayi Tabung.
Pertimbangannya adalah kualitas sperma yang tidak terlalu bagus (sementara dianggap faktor yang membuat gagal inseminasi) dengan BT, sperma bisa dipilih yang betul2 berkualitas baik. Sperma yang kurang baik katanya juga dapat menyebabkan embrio tidak berkembang..
Menurut dia, dr. Aucky belum menawarkan bayi tabung karena beliau masih berharap aku bisa hamil secara normal. (mungkin karena kondisi fisik reproduksiku bisa digolongkan normal2 saja?)
Pertimbangan lainnya, dari sisi biaya LO cukup mahal juga.. 10-20 juta. 10 jika untuk melihat saja, dan sampai 20 juta jika diperlukan tindakan2 korektif. Sedangkan BT 40 juta. Jika LO ternyata tidak memberikan sumbangsih yang besar kan ya eman2 juga duitnya..
Menurutku, setelah LO, paling2 juga insem lagi. LO+insem biaya yang dikeluarkan ndak beda jauh dg BT.. Jadi mempertimbangkan kondisiku, bisa jadi lebih baik tidak melakukan LO.. ini kesimpulanku setelah berdiskusi..
Malam kemaren cukup menyenangkan karena kami bisa mendapatkan informasi yang cukup lengkap dan berkonsultasi dengan dokter yang ndak buru2 minta test ini itu...
Bahkan beliau menantang kami untuk mencoba berkonsultasi ke dokter di Jakarta, katanya tanpa minta LO, rata2 dokter akan meminta untuk melakukan LO untuk diagnosis awal.
So.....jadilah opsi terakhir buat kami adalah Bayi Tabung..
Mikir nih...
Selama beberapa minggu atau bulan kedepan ini kami akan lebih memikirkan hal ini lebih serius, dan mendoakannya. Jelas2 keputusan untuk ikut program BT membutuhkan banyak pertimbangan, salah satunya dana.
Apakah kami akan jadi ikut bayi tabung? apakah akan cari second opinion? apakah coba cara alternatif?
dunno......
Setelah sebelumnya sempat berbicara ttg laparoskopi, kemarin dia menyarankan untuk laparoskopi (LO) untuk melihat lebih baik kondisi rahim, sel telur, dan salurannya. Kemudian kami diminta menunggu lagi untuk bertemu dg dr. Widi (salah satu team dokternya), beliau ini dokter kandungan. Baguslah, karena memang aku pengen bisa tanya2 banyak sebelum mengambil keputusan ini.
Hasil pembicaraan dengan dr. Widi :
Awalnya dia menjelaskan prosedur laparoskopi, dan kemudia mulai membahas kondisiku. Dari data yang ada, kondisi rahimku tidak ada kista/myom, hanya ada keluhan sakit waktu mens. Hasil HSG juga tidak menunjukkan tidak ada buntu di saluran tuba.
Jadi dari situ dia tidak melihat urgensi untuk melakukan LO, dan menawarkan pilihan yang lain, yaitu Bayi Tabung.
Pertimbangannya adalah kualitas sperma yang tidak terlalu bagus (sementara dianggap faktor yang membuat gagal inseminasi) dengan BT, sperma bisa dipilih yang betul2 berkualitas baik. Sperma yang kurang baik katanya juga dapat menyebabkan embrio tidak berkembang..
Menurut dia, dr. Aucky belum menawarkan bayi tabung karena beliau masih berharap aku bisa hamil secara normal. (mungkin karena kondisi fisik reproduksiku bisa digolongkan normal2 saja?)
Pertimbangan lainnya, dari sisi biaya LO cukup mahal juga.. 10-20 juta. 10 jika untuk melihat saja, dan sampai 20 juta jika diperlukan tindakan2 korektif. Sedangkan BT 40 juta. Jika LO ternyata tidak memberikan sumbangsih yang besar kan ya eman2 juga duitnya..
Menurutku, setelah LO, paling2 juga insem lagi. LO+insem biaya yang dikeluarkan ndak beda jauh dg BT.. Jadi mempertimbangkan kondisiku, bisa jadi lebih baik tidak melakukan LO.. ini kesimpulanku setelah berdiskusi..
Malam kemaren cukup menyenangkan karena kami bisa mendapatkan informasi yang cukup lengkap dan berkonsultasi dengan dokter yang ndak buru2 minta test ini itu...
Bahkan beliau menantang kami untuk mencoba berkonsultasi ke dokter di Jakarta, katanya tanpa minta LO, rata2 dokter akan meminta untuk melakukan LO untuk diagnosis awal.
So.....jadilah opsi terakhir buat kami adalah Bayi Tabung..
Mikir nih...
Selama beberapa minggu atau bulan kedepan ini kami akan lebih memikirkan hal ini lebih serius, dan mendoakannya. Jelas2 keputusan untuk ikut program BT membutuhkan banyak pertimbangan, salah satunya dana.
Apakah kami akan jadi ikut bayi tabung? apakah akan cari second opinion? apakah coba cara alternatif?
dunno......
Kamis, 23 April 2009
What is a laparoscopy ?
penjelasan ini aku ambil dari 100 question & answer about infertility
A laparoscopy is an outpatient surgery usually performed under general anesthesia. Most laparoscopies are completed in a hospital, but some physicians utilize freestanding outpatient surgery centers. During a laparoscopy, the physician inserts a small fiber-optic telescope into the abdominal cavity through an incision made in the patient’s umbilical area (belly button). Most physicians initially distend the abdomen using carbon dioxide gas with a needle (Veres needle) to create what is called a pneumoperitoneum. A trocar—an instrument with a diameter similar to that of a pencil—is then passed through the umbilicus, allowing for introduction of the telescope (called a laparoscope) into the abdomen.
Using the laparoscope, a gynecologic surgeon can inspect the uterus, fallopian tubes, and ovaries. The appendix and upper abdomen are carefully inspected as well. Additional instruments may be inserted into the abdomen through incisions (ports) made along the hairline above the pubic bone. For example, the physician may use graspers, scissors, or suction irrigators to rinse the tissue and remove blood and fluids as needed. Some physicians insert a slightly larger telescope through the umbilical port, which allows them to use a carbon dioxide laser to cut scar tissue or destroy implants of endometriosis. Besides the laser, other instruments can be used to cut or burn abnormalities such as endometriosis or scar tissue.
During a laparoscopy, the physician typically introduces a blue dye into the uterine cavity while directly visualizing the fallopian tubes. If the fallopian tubes are patent (open) but are located in an abnormal location because of scar tissue, then the surgeon may try to free the fallopian tubes to improve the patient’s fertility. If abnormal ovarian cysts such as endometriomas are present, then the physician may remove them during the course of the laparoscopy or, if necessary, perform a laparotomy.
A laparotomy is a surgery performed through a larger incision, usually made along the bikini line. It may require the patient to stay 1 to 3 days in the hospital following the surgery. In addition, a laparotomy requires a longer recovery period and may create more new scar tissue than laparoscopic surgery. Certain abnormalities cannot be easily treated through laparoscopy, including exceedingly large ovarian cysts, ovarian cysts that are suspicious for cancer, and fibroids that are deeply embedded in the wall of the uterus. Patients with these problems are probably better served by a laparotomy.
For many years, all women who were seeking fertility care underwent laparoscopy as part of the initial evaluation. In recent times, this practice has faded with increased utilization of IVF. Although IVF has essentially replaced tubal surgery in patients with tubal factor infertility, laparoscopy is still used to correct certain problems in patients prior to undergoing IVF. Complications of laparoscopy are rare but can include injury to the bowel, bladder, and blood vessels; a need for laparotomy; and even death.
A laparoscopy is an outpatient surgery usually performed under general anesthesia. Most laparoscopies are completed in a hospital, but some physicians utilize freestanding outpatient surgery centers. During a laparoscopy, the physician inserts a small fiber-optic telescope into the abdominal cavity through an incision made in the patient’s umbilical area (belly button). Most physicians initially distend the abdomen using carbon dioxide gas with a needle (Veres needle) to create what is called a pneumoperitoneum. A trocar—an instrument with a diameter similar to that of a pencil—is then passed through the umbilicus, allowing for introduction of the telescope (called a laparoscope) into the abdomen.
Using the laparoscope, a gynecologic surgeon can inspect the uterus, fallopian tubes, and ovaries. The appendix and upper abdomen are carefully inspected as well. Additional instruments may be inserted into the abdomen through incisions (ports) made along the hairline above the pubic bone. For example, the physician may use graspers, scissors, or suction irrigators to rinse the tissue and remove blood and fluids as needed. Some physicians insert a slightly larger telescope through the umbilical port, which allows them to use a carbon dioxide laser to cut scar tissue or destroy implants of endometriosis. Besides the laser, other instruments can be used to cut or burn abnormalities such as endometriosis or scar tissue.
During a laparoscopy, the physician typically introduces a blue dye into the uterine cavity while directly visualizing the fallopian tubes. If the fallopian tubes are patent (open) but are located in an abnormal location because of scar tissue, then the surgeon may try to free the fallopian tubes to improve the patient’s fertility. If abnormal ovarian cysts such as endometriomas are present, then the physician may remove them during the course of the laparoscopy or, if necessary, perform a laparotomy.
A laparotomy is a surgery performed through a larger incision, usually made along the bikini line. It may require the patient to stay 1 to 3 days in the hospital following the surgery. In addition, a laparotomy requires a longer recovery period and may create more new scar tissue than laparoscopic surgery. Certain abnormalities cannot be easily treated through laparoscopy, including exceedingly large ovarian cysts, ovarian cysts that are suspicious for cancer, and fibroids that are deeply embedded in the wall of the uterus. Patients with these problems are probably better served by a laparotomy.
For many years, all women who were seeking fertility care underwent laparoscopy as part of the initial evaluation. In recent times, this practice has faded with increased utilization of IVF. Although IVF has essentially replaced tubal surgery in patients with tubal factor infertility, laparoscopy is still used to correct certain problems in patients prior to undergoing IVF. Complications of laparoscopy are rare but can include injury to the bowel, bladder, and blood vessels; a need for laparotomy; and even death.
Rabu, 22 April 2009
Akhirnya nulis lagi..
Hari ini mens lagi... trus jadi inget sama blog kesayangan..
Sudah lama rasanya ndak update apa apa disini, buka email-pun tidak. Bener2 konsentrasi tercurah di kerjaan...
3 minggu ini aku super2 sibuk..
Semua gara2 menjelang laporan SPT badan 30 april ini.
Sebetulnya sih bakal tidak akan seruwet ini, tapi ada aja yang bikin ruwet. Laporan sebetulnya bulan Feb sudah selesai dan siap, eh ada perubahan dari Kantor Pusat.. bikin tiba2 banyak kerjaan... nah begitu semua selesai, dan auditor dari KAP sudah ok dengan hasilnya, eehh.... Kantor Pusat minta dirubah lagi, balik yang lama... aarrgghhh... jadi keki kan... Ditambah staff akunting lagi cuti melahirkan... jadi aku deh pontang panting...
Tapi masih bisa disyukuri kok...paling endak sekarang aku naik 1-2 level di skill akuntingku.. hehe..
Hari ini aku mens lagi..
sesuai janjian dengan dokter bulan lalu, kalau aku mens lagi, dia minta laparoscopy.
Masih maju mundur sih.. ragu2..
1. Biaya ndak murah... tergantung kamar dan peralatan.. 8-13 juta
2. Harus istirahat 1-2 hari tidak termasuk sabtu-mingu ... padahal aku blm punya jatah cuti (belum setahun kerja). Dokter sarankan aku laparoscopy jumat, jadi senin/selasa-nya sudah bisa ngantor
3. Ngeri aja ... membayangkan perutku bakal dimasukin alat2...
Yah dipikir nanti deh.. aku berencana ke dokter senin depan, soalnya hari ini dan besok suamiku ada acara digereja, ga bisa antar.. trus jumat kan hamdani yang praktek. aku lagi pengen konsultasi ke aucky-nya sendiri.
Next posting, aku akan bahas laparoscopy dari hasil browsing2 ku...
Sudah lama rasanya ndak update apa apa disini, buka email-pun tidak. Bener2 konsentrasi tercurah di kerjaan...
3 minggu ini aku super2 sibuk..
Semua gara2 menjelang laporan SPT badan 30 april ini.
Sebetulnya sih bakal tidak akan seruwet ini, tapi ada aja yang bikin ruwet. Laporan sebetulnya bulan Feb sudah selesai dan siap, eh ada perubahan dari Kantor Pusat.. bikin tiba2 banyak kerjaan... nah begitu semua selesai, dan auditor dari KAP sudah ok dengan hasilnya, eehh.... Kantor Pusat minta dirubah lagi, balik yang lama... aarrgghhh... jadi keki kan... Ditambah staff akunting lagi cuti melahirkan... jadi aku deh pontang panting...
Tapi masih bisa disyukuri kok...paling endak sekarang aku naik 1-2 level di skill akuntingku.. hehe..
Hari ini aku mens lagi..
sesuai janjian dengan dokter bulan lalu, kalau aku mens lagi, dia minta laparoscopy.
Masih maju mundur sih.. ragu2..
1. Biaya ndak murah... tergantung kamar dan peralatan.. 8-13 juta
2. Harus istirahat 1-2 hari tidak termasuk sabtu-mingu ... padahal aku blm punya jatah cuti (belum setahun kerja). Dokter sarankan aku laparoscopy jumat, jadi senin/selasa-nya sudah bisa ngantor
3. Ngeri aja ... membayangkan perutku bakal dimasukin alat2...
Yah dipikir nanti deh.. aku berencana ke dokter senin depan, soalnya hari ini dan besok suamiku ada acara digereja, ga bisa antar.. trus jumat kan hamdani yang praktek. aku lagi pengen konsultasi ke aucky-nya sendiri.
Next posting, aku akan bahas laparoscopy dari hasil browsing2 ku...
Langganan:
Postingan (Atom)