Treatment :
20 hari minum parlodel
5 x Gonal F
1 x pecah telur, aku lupa nama obatnya apa, yang jelas ndak sama dengan insem yang lalu
telur matang : 1, ndak matang : 3
Sabtu itu di Ruang antriannya dr. Aucky ruamenya minta ampun...
sampe harus ngantri sambil berdiri
Hasil korek2 info di susternya... hari itu yang usg ada 25 orang, ada 6 orang proses bayi tabung, dan 3 orang insem...
pantesan aja rame banget
Jam 8.15 aku sampai di Siloam untuk setor sperma...
Jam 10.30 the insemination process...
Jam 11.30 on the way home ...
seharian itu bermalas2an dirumah, meminimalkan jalan2 atau naik turun tangga..
Sekarang tinggal menunggu hasilnya... kira2 akhir minggu I Maret..
Untuk Insem yang kali ini aku lebih optimis dibanding insem ke2, itu karena dr. Aucky mengatakan kalau selaput rahimnya bagus, dan telurnya matang.. ya intinya kondisinya bagus lah...
Tapi dia juga mention, kalau ternyata belum hamil juga, aku disuruh laparoskopi..
wah apa lagi tuh ya.. pernah denger, tapi aku belum pernah browsing serius ttg itu.
tidak sabar menunggu hasilnya..
btw, menjawab beberapa email yang menanyakan apakah insem sakit?
jawabannya : ndak sama sekali .... dan cepat... prosesnya tidak sampai 1 menit
Jurnal perjalanan memiliki anak, dari pemeriksaan medis hingga perasaan-perasaan selama perjalanan
Senin, 23 Februari 2009
Sabtu, 21 Februari 2009
Berdoa minta anak??
Buat teman2 yang mengalami harus melewati perjuangan untuk mendapatkan seorang anak, pasti tidak asing dengan nasehat ini... "Ayo berdoa, sudah berdoa belum?" atau ada yang bertanya "Sudah didoakan belum?"
Ada juga yang titip2 doa dengan orang lain... "Tolong doakan ya.."
Bagi aku sendiri, aku sempat bingung aku harus bersikap bagaimana.
Aku pikir setiap orang beragama pasti percaya bahwa Tuhan mengetahui yang terbaik dan akan memberikan yang terbaik bagi umatNya.. For me, as a Christian, aku percaya Bapa punya rancangan yang terbaik bagi anak2Nya..
Jadi, jika aku ingin berdoa untuk meminta anak, aku jadi bingung sendiri.
Disatu sisi, aku ingin usaha2ku selama ini ada hasilnya, disisi lain, aku percaya Dia tahu yang terbaik bagiku. Walaupun kriteria terbaik itu semuanya masih misteri.
Apakah selamanya aku tidak akan memiliki anak? Atau suatu saat dia akan percayakan anak2 kepadaku? Atau anak2 yang akan aku rawat nanti memang bukan anak kandungku?
wah semua masih misteri....
Pemahaman ini membuat aku cenderung tidak berani terang2an berdoa untuk meminta anak. Sungkan gitu sama Bapa. Yang terbaik kan rancangan2 Dia, bukan rancangan2ku, masa aku memaksakan rancangan2ku?? Tapi jujur, kadang2 bingung juga, apakah ini menunjukkan bahwa somehow aku belum terlalu menginginkannya (anak)? atau ini bentuk iman?
Tapi yang jelas itu bukan berarti kami berusaha apapun.
Bulan ini tepat 2 tahun sejak aku dan suami berencana untuk tidak menunda memiliki anak. dan juga 1 tahun 5 bulan sejak kunjungan pertama ke ahli fertilitas.
selama hampir 1,5 tahun ini sudah cukup banyak yang usaha yang kami lalui..
Mulai cek hormon, sperma, minum penyubur, HSG, hingga insem 3x.
(walaupun usaha ini juga tidak konstan terus menerus, kadang2 kami ambil cuti 2-3 bulan untuk istirahat)
Usaha2 yang terlihat gagal ini membuat kami lebih bisa memahami arti 'berserah'.
Berserah itu beda dengan pasrah.
Pasrah berarti tidak mengusahakan apapun. Berserah, itu berusaha, tetapi kami menyadari bahwa hasil tidak ditangan kami ataupun dokter, semua ditangan Tuhan.
Semua yang kami lalui itu kami percayai sebagai proses yang Tuhan berikan untuk kami. Proses untuk lebih mengenal Tuhan, proses untuk mendewasakan karakter kami, dan proses ini suatu saat akan dipakai untuk memberkati orang lain. Walaupun mungkin proses ini harus dilalui dengan air mata.
God Bless you all...
Ada juga yang titip2 doa dengan orang lain... "Tolong doakan ya.."
Bagi aku sendiri, aku sempat bingung aku harus bersikap bagaimana.
Aku pikir setiap orang beragama pasti percaya bahwa Tuhan mengetahui yang terbaik dan akan memberikan yang terbaik bagi umatNya.. For me, as a Christian, aku percaya Bapa punya rancangan yang terbaik bagi anak2Nya..
Jadi, jika aku ingin berdoa untuk meminta anak, aku jadi bingung sendiri.
Disatu sisi, aku ingin usaha2ku selama ini ada hasilnya, disisi lain, aku percaya Dia tahu yang terbaik bagiku. Walaupun kriteria terbaik itu semuanya masih misteri.
Apakah selamanya aku tidak akan memiliki anak? Atau suatu saat dia akan percayakan anak2 kepadaku? Atau anak2 yang akan aku rawat nanti memang bukan anak kandungku?
wah semua masih misteri....
Pemahaman ini membuat aku cenderung tidak berani terang2an berdoa untuk meminta anak. Sungkan gitu sama Bapa. Yang terbaik kan rancangan2 Dia, bukan rancangan2ku, masa aku memaksakan rancangan2ku?? Tapi jujur, kadang2 bingung juga, apakah ini menunjukkan bahwa somehow aku belum terlalu menginginkannya (anak)? atau ini bentuk iman?
Tapi yang jelas itu bukan berarti kami berusaha apapun.
Bulan ini tepat 2 tahun sejak aku dan suami berencana untuk tidak menunda memiliki anak. dan juga 1 tahun 5 bulan sejak kunjungan pertama ke ahli fertilitas.
selama hampir 1,5 tahun ini sudah cukup banyak yang usaha yang kami lalui..
Mulai cek hormon, sperma, minum penyubur, HSG, hingga insem 3x.
(walaupun usaha ini juga tidak konstan terus menerus, kadang2 kami ambil cuti 2-3 bulan untuk istirahat)
Usaha2 yang terlihat gagal ini membuat kami lebih bisa memahami arti 'berserah'.
Berserah itu beda dengan pasrah.
Pasrah berarti tidak mengusahakan apapun. Berserah, itu berusaha, tetapi kami menyadari bahwa hasil tidak ditangan kami ataupun dokter, semua ditangan Tuhan.
Semua yang kami lalui itu kami percayai sebagai proses yang Tuhan berikan untuk kami. Proses untuk lebih mengenal Tuhan, proses untuk mendewasakan karakter kami, dan proses ini suatu saat akan dipakai untuk memberkati orang lain. Walaupun mungkin proses ini harus dilalui dengan air mata.
God Bless you all...
Selasa, 17 Februari 2009
Insem ke 3
Ndak pernah aku membayangkan kalau untuk punya anak harus sebesar ini usahanya..
hari ini hari ke 4 suntikan Gonal F ku.. besok pagi aku akan USG, semoga hasilnya baik.. (oya, sejak hari I, aku menyuntik sendiri)
Hasil pemeriksaan darahku yang terakhir, prolaktin berhasil diturunkan, dari 39 ke 8 (normal : 1-25) Itu semua setelah minum parlodel selama 20 hari an..
Saat konsultasi terakhir, aku disuruh minum parlodel 1/2 butir / 2 hari. Kata dr. Hamdani, ini untuk menjaga agar prolaktinku ndak naik lagi. Sebelumnya Dr. Aucky juga sudah merencanakan treatment seperti ini.
Sebetulnya aku ragu2 banget untuk ambil langkah insem bulan ini, ini karena bulan ini kerjaanku dikantor lagi banyak-banyaknya. Bulan Maret harus lapor pajak, jadi bulan ini ada eksternal audit.. dan menjelang external audit, ternyata ada perubahan besar2an di Laporan Keuangan gara2 Kantor Pusat di Jakarta minta masukkin departemen yang di Jkt di pembukuan di Sby..
Yang bikin aku pusing, sebetulnya backgroundku bukan akunting, dan ini menurutku ini urusan akunting yang ndak gampang, levelnya lumayan advance bagiku..
Trus, bulan depan ada meeting besar untuk seluruh perusahaan di group ini.. kalau ndak salah ada 30 anak perusahaan.. harus bantu siapkan bahan presentasinya direkturku.. ampun deh.. sampe kroso2en gak kompeten untuk jabatanku sekarang
Dengan kesibukan itu, belum rutinitas lainnya, wajar dong aku menjadi ragu2 untuk ambil keputusan insem... aku kuatir kalau badanku capek, aku ndak bakal siap untuk mengandung. Tapi kalau ditunda, sampai kapan?? Setelah tugas yang ini selesai, tugas lainnya sudah di waiting list.. lah kapan istirahatnya? masa berhenti kerja lagi ya??
Yang cukup membangkitkan semangat lagi, sewaktu aku curhat ke mamaku, dia bilang walaupun capek, masih bisa saja hamil.. Ya udah aku maju aja terus, lagian sudah kepalang tanggung minum parlodel 1 bulan.. dan waktu lihat hasil prolaktinnya turun, aku dan suami menjadi lebih optimis..
Tapi walaupun begitu, aku juga betul2 menjaga hatiku agar tidak terlalu berharap (takut kecewa), walaupun disisi lain aku juga merasa aku harus optimis. Karena kalau ndak optimis, ngapain juga diteruskan, ya nggak?
Yah hoping for the best ajah.. Dan berserah pada keputusan Tuhan, bagaimanapun pemberi kehidupan adalah Dia.. kita berusaha semampu kita, tapi yang memberikan kehidupan tetap Dia.
hari ini hari ke 4 suntikan Gonal F ku.. besok pagi aku akan USG, semoga hasilnya baik.. (oya, sejak hari I, aku menyuntik sendiri)
Hasil pemeriksaan darahku yang terakhir, prolaktin berhasil diturunkan, dari 39 ke 8 (normal : 1-25) Itu semua setelah minum parlodel selama 20 hari an..
Saat konsultasi terakhir, aku disuruh minum parlodel 1/2 butir / 2 hari. Kata dr. Hamdani, ini untuk menjaga agar prolaktinku ndak naik lagi. Sebelumnya Dr. Aucky juga sudah merencanakan treatment seperti ini.
Sebetulnya aku ragu2 banget untuk ambil langkah insem bulan ini, ini karena bulan ini kerjaanku dikantor lagi banyak-banyaknya. Bulan Maret harus lapor pajak, jadi bulan ini ada eksternal audit.. dan menjelang external audit, ternyata ada perubahan besar2an di Laporan Keuangan gara2 Kantor Pusat di Jakarta minta masukkin departemen yang di Jkt di pembukuan di Sby..
Yang bikin aku pusing, sebetulnya backgroundku bukan akunting, dan ini menurutku ini urusan akunting yang ndak gampang, levelnya lumayan advance bagiku..
Trus, bulan depan ada meeting besar untuk seluruh perusahaan di group ini.. kalau ndak salah ada 30 anak perusahaan.. harus bantu siapkan bahan presentasinya direkturku.. ampun deh.. sampe kroso2en gak kompeten untuk jabatanku sekarang
Dengan kesibukan itu, belum rutinitas lainnya, wajar dong aku menjadi ragu2 untuk ambil keputusan insem... aku kuatir kalau badanku capek, aku ndak bakal siap untuk mengandung. Tapi kalau ditunda, sampai kapan?? Setelah tugas yang ini selesai, tugas lainnya sudah di waiting list.. lah kapan istirahatnya? masa berhenti kerja lagi ya??
Yang cukup membangkitkan semangat lagi, sewaktu aku curhat ke mamaku, dia bilang walaupun capek, masih bisa saja hamil.. Ya udah aku maju aja terus, lagian sudah kepalang tanggung minum parlodel 1 bulan.. dan waktu lihat hasil prolaktinnya turun, aku dan suami menjadi lebih optimis..
Tapi walaupun begitu, aku juga betul2 menjaga hatiku agar tidak terlalu berharap (takut kecewa), walaupun disisi lain aku juga merasa aku harus optimis. Karena kalau ndak optimis, ngapain juga diteruskan, ya nggak?
Yah hoping for the best ajah.. Dan berserah pada keputusan Tuhan, bagaimanapun pemberi kehidupan adalah Dia.. kita berusaha semampu kita, tapi yang memberikan kehidupan tetap Dia.
Langganan:
Postingan (Atom)